Perpindahan atau sering lebih populer disebut mutasi dalam penempatan unit kerja adalah hal yang biasa, asal mengikuti kaedah-kaedah urgensi yag layak dan masuk akal yang sudah seharusnya menuju perbaikan ke depan tetapi bila hal itu dilakukan berdasar emosi atau lebih garang lagi atas dasar nafsu maka hal itu akan menimbulkan kemunduran bahkan kehancuran. Beruntung kami sebagai guru yang masih mempunyai hati guru dapat menerima perpindahan ini atas nama kepentingan yang lebih mulia yaitu mendidik siswa-siswi yang siapapun menganggap pekerjaan ini adalah sangat mulia di mata Allah SWT, maupun makluk - Nya yang hidup maupun mati. Memang sebagian orang profesi ini sangat tidak menyenangkan karena menurut survey dimanapun yang namanya guru selalu dianggap secara finansial tidak menguntungkan. Kembali ke masalah judul diatas, tahun 1988 kami di terima di ypk sebagai guru fisika, ketika kami datang pak Sentot guru fisika lama mengadakan syukuran atas kedatangan kami, hal yang wajar mengingat waktu itu guru fisika di ypk satu-satunya yang ada ya pak Sentot, beliau waktu itu mengajar di sma dan smp sekaligus. Meski kelas rombangan dan jumlah murid relatif kecil namun dengan dua unit sekaligus dapat dibayangkan betapa capeknya beliau mengajar,efek samping waktu itu, entah benar atau tidak beliau telat nikah. Hanya Allah lah yang tahu. Lain pak Sentot lain pula kami sebagai guru baru fisika di sma ypk. Pihak struktural langsung tancap gas untuk memanfaatkan kami untuk langsung ngajar fisika kelas I,II dan III ditambah ngajar bidang studi Matematika kelas I. Seperti sudah dapat diduga , secara psikologis maupun fisik kami kaget, tapi ini tugas mulia yang harus kami jalankan, seperti kata pepatah nafsu mulia besar tapi tenaga kurang akibatnya belum genap satu semester kami masuk rumah sakit dan waktu itu pas anak-anak lagi menghadapi ulangan sumatif. Berkas jawaban anak-anak semua dikirim ke rumah sakit untuk di koreksi ya untuk kesekian kalinya kami harus menjalankan tugas ini demi anak-anak yaitu mengoreksi semua pekerjaan anak-anak di rumah sakit. Ada hal yang lucu,memprihatinkan sekaligus menakutkan bagi kami yang sedang sakit. Waktu itu dokter internisnya almarhum dr. Tarnuzi, beliaulah yang setiap pagi dan sore menengok keadaan saya. Dari sekitar 14 hari kami di opname di rumas sakit hanya beberapa kali beliau( dr Tarnuzi alm) menyentuh saya secara langsung yang lain hanya menengok lewat lobang pintu yang tertutup kaca. Setelah menenengok lewat kaca pintu dan beliau lihat kami lagi asyik mengoreksi, belau langsung pergi sambil ngomong " pak guru lagi belajar" . Itulah bulan-bulan awal kami di ypk. Waktu terus berjalan, sambil menikmati ngajar, pada tahun 1994 kami mendapat amanah untuk membatu kepala sekolah menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. ( bersambung...)